Formula One atau biasa disebut F1 adalah ajang balap jet darat kelas tertinggi yang diselenggarakan oleh FIA atau Federation Internationale de I’Automobile. Kalau berbicara tentang Formula One ga lepas dari gengsi, mesin berisik, adu strategi, rules, emosi, sirkuit, sampai hot babes pun menjadi salah satu brand di Formula One ini. Ajang Formula One ini udah diselenggarakan sejak 1950 yang berarti tahun ini udah masuk tahun ke-66. Formula One ini bukan Cuma ajang adu balap jet darat saja, tapi sekarang udah lebih ke business.
Di dalam Formula One itu ada sistem poin yang udah beberapa kali diubah. Nah, dari poin yang dikumpulkan para pebalap ini yang akan menentukan siapa yang akan jadi juara dunia pembalap dan juara dunia konstruktor. Sampai saat ini, pemegang rekor juara dunia pembalap terbanyak adalah the legend one Michael Schumacher sebanyak tujuh kali. Kalau di bidang konstruktor, yang memegang trofi terbanyak itu Ferrari dengan 16 kali juara.
Gua udah demen Formula One ini dari gua umur 7 tahun. Itu berarti udah kurang lebih 12 tahun gua demen Formula One ini. Ketularan dari bokap. Bokap dari dulu sampai sekarang itu suka banget nonton Formula One. Gua demen Formula One itu karena dua hal, pertama karena balapannya seru dan kedua arsitektur sirkuitnya itu keren gila!
Sirkuit yang dipakai di ajang Formula One itu ada dua, yang permanent circuit dan street circuit. Yang permanent circuit itu adalah sirkuit yang memang dibuat khusus untuk balapan, seperti Shanghai International Circuit di Tiongkok, Sepang International Circuit di Malaysia, sampai yang paling keren itu Yas Marina International Circuit di Abu Dhabi. Kenapa gua bilang keren? Karena jalur pit-stop nya itu lewat bawah tanah. Keren.
Kalau yang paling gua demen itu yang street circuit. Jadi, jalan raya yang dibikin sirkuit buat balapan Formula One, seperti Albert Park di Australia (ini sih semi-jalan raya), Marina Bay Circuit di Singapura (gua udah pernah kesana langsung. Sumpah keren!), sampai yang paling tua itu Monte Carlo di Monako (udah dipakai sejak 1950, tahun pertama F1). Semua street circuit itu keren-keren dan menurut gua kreatif. Kalau ditanya mana yang favorit, gua bilang semuanya! Haha. Karena emang keren. Dari yang sempit seperti di Monte Carlo (lebar jalurnya itu cuma 12 kaki), yang harusnya jalan tol (sirkuit AVUS di Jerman sekitar decade 70-an kalo ga salah, treknya cuma lurus doang baru balik lagi), sampai yang tahun ini baru akan digelar di Baku, Azerbaijan. Gua udah liat track map sama simulation lapnya. Sumpah keren! Pokoknya keren semua kalo street circuit!
Nah, di awal gua udah bilang bahwa Formula One itu juga business. Karena F1 itu ladang bisnis yang luar biasa menguntungkan. Kalo bicara konteks negara yang menyelenggarakan, keuntungan yang didapat itu dari segi pariwisata. Karena, ga cuma dari Negara itu saja yang nonton F1 ketika F1 digelar di negara itu. A whole world is watching. Orang-orang dari luar negeri itu bahkan berbondong-bondong datang buat nonton. Apalagi orang dari negara yang tidak menyelenggarakan F1. Contoh, Singapura. Gua yakin banyak orang Indonesia yang demen F1 rela pergi ke Singapura hanya untuk nonton F1 secara langsung di grandstandnya dan bikin telinga pekak karena suara mesinnya. Karena, di Indonesia belum menyelenggarakan F1. Kebayang dong kalau Indonesia menyelenggarakan F1, pasti lebih banyak lagi turis mancanegara yang datang ke Indonesia. Walaupun agak susah merealisasikannya.
Nah, tahun ini, ada pebalap Indonesia yang ikut dalam ajang Formula One. Rio Haryanto. Tahun ini dia ikut dengan mengendarai Manor Racing yang memakai mesin Mercedes (yang dipakai tim Mercedes tahun lalu, yang bikin Lewis Hamilton juara dunia). Cerita dulu nih, sebenarnya, dulu waktu ajang F1 tahun lalu mendekati seri terakhir, sudah banyak pembicaraan dan prediksi-prediksi perpindahan pebalap antar tim maupun rookie yang masuk ke dalam sebuah tim Formula One. Salah satu tim yang dibicarakan itu Manor Racing (tahun lalu Marussia namanya) yang bisa dibilang sudah menjadi kebiasaan untuk mengganti pebalapnya tiap tahun. Sejak Jules Bianchi (satu-satunya pebalap yang bisa ngasih poin ke tim Marussia yang sekarang Manor Racing) kecelakaan dan meninggal, belum ada pebalap yang bisa bertahan lebih dari semusim di tim itu.
Alasannya, pertama prestasi. Bisa jadi prestasi pebalap itu bagus potensinya sehingga dilirik oleh tim yang lebih bagus kelasnya, entah jadi pebalap utama maupun hanya jadi test driver ataupun prestasinya ga terlalu bagus sehingga ditendang. Alasan kedua, money. Rio masuk menjadi pebalap Manor itu karena membayar 15 juta euro (walaupun belum lunas sekarang) atau istilahnya pay driver selain dari sisi prestasi bagusnya di GP2 Series tahun lalu (peringkat 4). Pebalap lainnya, Pascal Wehrlein itu adalah anak emasnya Mercedes, jadilah dia pebalap Manor karena sepaket dengan mesin yang dipakai Manor. Padahal, kalau bisa dibilang calon-calon yang lainnya justru lebih bagus daripada Rio. Bukan gua mau memandang sebelah mata Rio, hanya saja calon-calon lainnya yang ga kepilih itu emang faster than Rio. 
Salah satunya itu adalah Alexander Rossi yang sebenarnya gua lebih pilih ketimbang Rio dalam bursa calon pebalap itu untuk mendampingi Wehrlein. Kalo gua bilang, potensinya itu jauh lebih besar dari Rio. Karena, tahun lalu dia sempat mendapatkan kesempatan untuk membalap di beberapa seri terakhir F1 menggunakan Marussia dan hasilnya cukup impresif untuk tim sekelas Marussia, itupun ditambah dia masih membalap di GP2 Series di waktu yang sama (penyelenggaraan F1 dan GP2 Series dominan bersamaan di sirkuit yang sama). Ga kebayang capeknya. Itupun prestasinya Alexander masih lebih bagus daripada Rio (peringkat 2 atau 3, lupa). 
Ini membuktikan bahwa F1 sekarang itu lebih dominan businessnya. F1 yang sekarang itu ga seseru zaman dulu. Tanya deh yang udah nonton F1 dari zaman dulu, kebanyakan pasti akan menjawab iya. Karena yang menang itu-itu lagi dan yang posisi semenjana itu-itu lagi. Karena faktor potensi pebalap yang kalah dengan faktor uang.
Nah, tahun ini sampai tulisan ini diterbitin, udah 3 seri yang terselenggarakan. Australia, Bahrain, dan Tiongkok. Pakar F1 itu sering bilang kita sudah bisa lihat dan memprediksi hasil dalam semusim dari hasil 3 sampai 5 balapan pertama. Hasilnya Rio? DNF, peringkat 17, peringkat 21. Dengan keadaan begini, yakin gua kalo Rio itu hanya bertahan ngga sampai semusim. Orang mungkin akan berpikiran, “Ah, gapapa yang penting bisa lihat bendera Indonesia di F1 walaupun cuma semusim,” perkataan ini pernah gua denger dari salah satu pembawa acara berita di televisi.
Sebenarnya, itu adalah pemikiran yang cukup salah menurut gua. Kenapa kita ga berpikiran bahwa bisa lihat bendera Indonesia itu lebih dari semusim? Untung-untungan kalau bisa denger Indonesia Raya berkumandang di F1. Itu lebih keren daripada hanya melihat bendera Indonesia pertanda ada orang Indonesia yang ikut dalam semusim. Makanya, sebenarnya sih gua lebih prefer ketika dia ditawari jadi pebalap cadangan atau pebalap utama Force India yang kelasnya lebih tinggi dari Manor (walaupun bayarannya 30 juta euro untuk jadi pebalap utama, dua kali lipatnya). Karena dari situ, walaupun nantinya dia jadi pebalap cadangan Force India, dan ga ikut secara regular musim ini, setidaknya dia bakal lebih banyak belajar dan potensinya untuk bertahan lebih dari semusim lebih besar.
            Nah, jika Rio prestasinya akan seperti di tiga race awal ini di sepanjang musim ini, bukan tidak mungkin kita akan menunggu lagi dalam kurun beberapa waktu ada bendera Indonesia yang berkibar dalam ajang Formula One.

Asa Indonesia di Formula One

by on 4/17/2016 07:41:00 PM
Formula One atau biasa disebut F1 adalah ajang balap jet darat kelas tertinggi yang diselenggarakan oleh FIA atau Federation Inte...


Masa lalu. Semua makhluk hidup maupun yang tidak hidup punya masa lalu. Manusia, hewan, tumbuhan, bahkan sebuah negara pun punya masa lalu. Berbicara tentang masa lalu, terbagi atas dua jenis. Masa lalu yang baik dan masa lalu yang buruk.
Kalo kita punya masa lalu yang buruk, terkadang kita susah sekali untuk berdamai dengan masa lalu. Kita selalu tidak bisa memaafkan kesalahan yang terjadi di masa lalu dan membawanya hingga sekarang atau nantinya. Misalnya di masa lalu si A pacaran dengan si B, lalu berantem dan akhirnya putus. Lalu, sampai sekarang mereka berdua tidak ngomong satu sama lain. Ini adalah contoh orang yang tidak bisa berdamai dengan masa lalu. Tidak bisa memaafkan. Pada akhirnya memutus tali silaturahim antar mereka. And that's not good.
Kalo bicara konteks negara, kita ambil contoh negara Jerman. Buat yang udah pernah ke Jerman pasti ngerti. Ketika kita ke Jerman khususnya ke ibukotanya, Berlin. Kita akan mendapati ada sentimen yang kuat bahwa orang Jerman malu terhadap masa lalunya.
As we know, pada Perang Dunia II, kekejaman Jerman itu sangat luar biasa dan melegenda. Kalo ga salah hingga jutaan umat Yahudi dibunuh oleh kelompok Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Tapi, pada intinya mereka sadar dan meminta maaf pada dunia dan bisa menjalani kehidupan mereka.
Hal yang serupa terjadi di Australia. Terhadap masyarakat indigenous atau dulu kita sering menyebutnya suku Aborigin (sekarang udah ga disebut begitu lagi), mereka membuat sebuah museum yang menggambarkan betapa kejamnya kaum pendatang pada masa awal kedatang ke Benua Australia.
Nah, how about our lovely country, Indonesia? Sejujurnya masih banyak misteri masa lalu Indonesia yang masih ditutup-tutupi dan oleh sebagian pihak dicurigai adalah akibat dari campur tangan pemerintah secara langsung maupun tidak langsung. Contoh sederhana adalah G30S/PKI.
Sederhana. Partai Komunis Indonesia mau menumbangkan pemerintahan Soekarno, lalu Soekarno meminta tolong pada Soeharto melalui surat, lalu Soeharto dan Pancasila berhasil menggagalkan upaya tersebut. Indonesia menang. Is it right?
Wrong.
Amerika ada di antaranya. Gossip? Conspiracy theory? Not at all. Ini fakta sejarah. Bahkan dibahas secara terbuka di Amerika. Pada awalnya mereka mendukung si A. Ketika A sudah mulai goyang dan sudah ga bisa lagi diajak kerjasama, maka kelompok yang ingin menjatuhkan A akan mendapat dukungan dari mereka. Misalnya dukungan berupa persenjataan.
Ini berkali-kali terjadi dalam sejarah dunia. Mulai dari Irak, Iran, bahkan yang sedang populer sekarang, ISIS. Dulu, ISIS sempat diberikan dukungan oleh Amerika Serikat ketika berusaha menumbangkan rezim yang berseberangan dengan mereka. But now, Amerika dan Iran (iya, Iran) bekerjasama untuk menghancurkan ISIS.
Back to Indonesia, Soekarno dulu didekati dengan berbagai cara oleh Amerika. Bahkan kalo ga salah, gua pernah baca Amerika menggunakan Marilyn Monroe untuk mendekati Soekarno yang kita tahu pencinta wanita (kayaknya sih). Selain itu, Amerika juga menjadi penengah dalam konflik Papua Barat antara kita dan Belanda. Pada akhirnya, Amerika membantu Indonesia untuk mendapatkan Papua Barat dan dunia meyakini bahwa ada timbal baliknya. Mungkin emas.
Tapi, lama-lama Soekarno tidak dapat dikuasai. Lalu, pada akhirnya mereka mendukung Soeharto untuk menggulingkan Soekarno. Mendengar ini mungkin pembaca akan menganggap bahwa gua kemakan teori konspirasi. Tapi, silahkan kalian telusuri lewat Google atau Youtube sendiri pernyataan Mitt Romney dalam debat capres dari Partai Republik. Ketika ditanya bagaimana cara menyelesaikan sebuah konflik negara di Timur Tengah, dalam tayangan live dia mengatakan, “Kita bikin lagi seperti yang kita lakukan di Indonesia pada 1965”.
Apakah itu berarti bukan PKI yang menculik dan membunuh para jenderal? Untuk masalah ini, versi sejarahnya ada banyak. Namun, ada satu hal yang pasti. Sejarah yang kita pelajari di buku sekolahan itu perlu dipertanyakan kembali. Siapa yang bertanggungjawab atas kebenarannya? Tentu Pemerintahan Indonesia. Bayangkan saja, dalam kurun setahun dari 1965-1966 ada kurang lebih 500 ribu jiwa yang dibunuh dan 1 juta jiwa dipenjara tanpa melewati proses hukum, karena mereka pendukung PKI maupun dianggap komunis.
Padahal, PKI itu adalah partai yang sah. Mendukung PKI pada zaman itu, sama seperti mendukung Partai Amanat Nasional, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera di zaman sekarang. Kalaupun ada pembesar partai yang melakukan kesalahan atau kejahatan, bukan berarti sebagai pendukungnya juga ikut bersalah, kan?
Masih banyak masa lalu kita yang gelap dan belum pernah menemukan titik terang.
Bagaimana dengan penembakan mahasiswa Trisakti? Apakah yang memerintah itu disidangkan? Bagaimana dengan kerusuhan 1998? Wiji Thukul? Ataupun kasus Munir? Khusus untuk kasus Munir, tidak pernah terungkap siapa yang memerintahkan Pollycarpus untuk meracuni Munir. Pollycarpus adalah agen Badan Intelijen Negara (BIN). Namun, petinggi yang memerintah dia tidak pernah terungkap, ditangkap, dan diproses. Selama kasus Munir itu belum selesai, maka kita belum bisa berbicara tentang kebenaran secara aman dan lantang. Sebabnya, Munir is murdered because he is too close with the truth.
Negara belum berani membuka semua itu. Pelakunya masih hidup dan bebas berkeliaran. Membukanya berarti menimbulkan perang besar dalam negara kita. Padahal yang diharapkan dari negara Indonesia oleh semua pihak adalah mengakui kesalahan mereka dan mengakui kalau ada campur tangan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung, Then, dari situ kita bisa menyikapi secara hukum, dan kita bisa mulai maju.
Karena kita tidak akan bisa maju kalau kita belum bisa berdamai dengan masa lalu.
Nah, begitu. Jadi kita harus berdamai dengan masa lalu. Siapapun kita. Kalau kita mau maju.

Berdamai Dengan Masa Lalu

by on 4/15/2016 09:36:00 PM
Masa lalu. Semua makhluk hidup maupun yang tidak hidup punya masa lalu. Manusia, hewan, tumbuhan, bahkan sebuah negara pun punya ma...

Beberapa jam yang lalu gua di ask sama anon lewat ask.fm kayak yang ada di gambar. Kalo gambarnya ga keluar berarri gua ga upload. HAHA

Yang intinya itu nanya gua gini. Berani ngga gua nge ans dengan menceritakan hal yang ngga pernah gua ceritain sebelumnya ke orang lain?

Mungkin ada satu hal. Ya pernah sih gua ceritain ke orang yang gua percaya banget. Tapi ke orang lain. No. Yaa bisa gua share disini karena gua rasa ada hikmahnya. Kayaknya sih.

Jadi, sekitar satu setengah tahun yang lalu itu. Tepatnya 8 Juni. Malam setelah wisuda. After sejenis acara silaturahim antara keluarga angkatan gua dengan para guru gitu. Gua pernah nembak seseorang. Yaa gua rasa gua masih jahiliyah aja waktu itu padahal gua udah jadi anak madrasah diasramain pula selama 3 tahun. Ya gua nembak biasa aja gitu. Nanya gitu. Gua lupa bilang apa kala itu. Udah lama soalnya. Dan... gua ditolak dengan sukses.

Awalnya sih biasa aja. Mungkin udah terlalu sering ditolak (?). Ngga deng. Rasa berat aja gitu. Gua mendem 2 tahun lebih dan gitu aja jawabannya. There is no specific reason. Padahal gua udah nemu momen pas banget kala itu. Karena sekitar sebulan sebelumnya gua hampir keceplosan nembak dia. Untung gua bilang pas abis wisuda aja. Ga untung juga sih, lah ditolak.

Gua sekitar kurang lebih dua bulan hampa aja gitu. Mungkin karena itu juga mempengaruhi hasil SBMPTN gua dulu. Sempat kepikiran itu pas ujian. Hasilnya akhirnya ga sesuai harapan.

Tapi setelah gua mikir. Rada beruntung juga gua ditolak gitu. Dibalik rasa sakit itu ada enak dan hikmah yang gua dapat. Gua pertama kali mikirnya pas gua ngajar ade kelas di bimbel waktu itu.

Gua mikirnya gini. Gua di madrasah diajarin, dikasih tau, ditanamin di dalam otak kalo pacaran itu kaga boleh. Dilarang. Forbidden. Mau bentuk pacarannya gimana pun. Tetep salah. Karena dosa. Dosanya macam-macam. Lu zina mata, tangan, hati dan mungkin aja lebih parah bisa zina tubuh. Sampe umi sama ustadz gua di madrasah sampe berbusa ngajarinnya. Ga deng. Lebay. Intinya umi sama ustadz gua tanamin betul-betul perihal itu sampai ada ayat-ayatnya pula. Dan of course gua percaya apa yang mereka bilang itu pasti bener. Karena mereka ngomongin itu bukan tanpa alasan. Itu buat kebaikan gua sama temen-temen gua yang di madrasah itu. Ga mungkin mereka bakal ngejerumusin gua.

Akhirnya gua mikir andai aja gua diterima sama cewe itu kala itu, berarti gua ga dengerin apa yang diajarin sama umi dan ustadz gua. Gua bakalan membuat umi sama ustadz gua gagal dalam mendidik minimal gua sama cewe itu. Naudzubillah.

Makanya sejak saat itu gua mulai risih aja denger atau liat orang pacaran. Apalagi kalo yg pacaran itu pakai jilbab. Ya berarti dia berjilbab doang, ga berhijab. Beda lho berjilbab sama berhijab. Berjilbab itu nutupin aurat tapi berhijab itu nutupin dari segala sesuatu yang bikin lu dosa.

Mungkin banyak yang bilang pas gua nulis ini. "Halah sok suci lu" atau "Halah lu ngomong begini karena lu sakit hati karena ditolak kan? Pake bawa bawa agama juga". Gua denger begitu mungkin jadi orang pertama yang bilang kalo gua mungkin paling yang ga alim diantara seangkatan gua di madrasah gua. Paling ga alim. Pertama kadang gua sholat 5 waktu ga di waktu yang tepat dan kedua karena gua rada ga paham aja ketika berdiskusi masalah agama di forum angkatan gua. Sedangkan teman teman angkatan gua? Pada aktif kalo diskusi begituan.

Makanya gua rada salah tingkah aja dikatain sama temen temen kampus gua kalo gua alim karena anak madrasah tempat gua sekolah dulu.

Sekarang gua kadang ngingetin temen temen gua atau yang lebih tua dari gua atau mungkin yang lebih muda dari gua tentang masalah begitu. Ya seringnya ucapan diatas itu yang keluar. Sok suci lah. Tukang sakit hati lah. Padahal gua ngingetin doang.

Jadi buat yang kebetulan sempat baca ini dan sedang pacaran. Gua ga bakal minta lu cepet cepet nikah. Gua cuma mau bilang kalau cepet cepet sadar aja. Mungkin gua ga jago ngomong beginian. Tapi gua tau kalo pacaran itu salah mau bentuknya bagaimanapun. Dan gua harap lu juga mau tau dan ga pura-pura tutup telinga.

Makanya gua pernah bilang. Kalo cewek ditembak sama cowok dan dia nolak cuma dua kemungkinannya. Itu cewek orang baik-baik atau cowoknya aja yang jelek. Kenapa keluar statement ini? Karena people always judge a book by its cover.

Jadi karena gua nembak temen yang masih seangkatan gua di madrasah yang Inshaa Allah orang baik-baik maka Inshaa Allah juga gua ga jelek-jelek amat.

Semoga ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil.

Berani Ngga?

by on 1/21/2016 01:01:00 AM
Beberapa jam yang lalu gua di ask sama anon lewat ask.fm kayak yang ada di gambar. Kalo gambarnya ga keluar berarri gua ga upload. HAHA Yan...


Terus, mari kita bicara tentang pendidikan di Indonesia. Gua sebagai yang masih menerima pendidikan di Indonesia sebenarnya ga berhak ngomong begini tapi ga ada salahnya berpendapat, right? Begini, jahatnya pendidikan di Indonesia adalah ketika setiap anak dibuat tidak yakin kalau dia berbeda dengan anak yang lain. Ki Hajar Dewantara saja zaman dulu udah pernah bilang, “Padi tidak pernah bisa jadi jagung” harusnya padi lu treat sebagai padi dan jagung lu treat sebagai jagung. Tapi masalahnya di Indonesia, pendidikan itu harus terstandarisasi. Seperti masalah pada UN. Mau bagaimanapun si murid itu belajarnya, dia harus lulus pada standar itu. Kan ga fair ya. Ilustrasinya begini, misalkan Tarzan mau pergi dari hutan ke kota karena di hutan ga ada yang bisa dia nikahin karena semuanya buluan. Nah, sebelum dia pergi, dia bilang ke seluruh penghuni hutan bahwa siapapun bisa menggantikan dia menjadi raja di hutan asalkan persyaratannya satu. Harus teriak sekeras-kerasnya agar semua penghuni hutan bisa dengar. Kalo buat gorilla atau singa itu gampang, tapi coba kalo tapir atau rusa? Kan ga bisa. Ga fair.

Lalu, Einstein pernah bilang ke gurunya bahwa dia ga setuju dengan pendidikan dengan sistem hafalan karena itu dapat mematikan kreativitas. Habis ngomong begitu, dia langsung keluar dari sekolah itu. Coba anak zaman sekarang yang ngomong begitu? Keluar juga. Lebih tepatnya dikeluarin. But Einstein was right, dear. Pendidikan ga seharusnya memaksa untuk menghafal, pendidikan itu yang penting paham dan tau bagaimana cara pengaplikasiannya. Begini deh, buat yang cinta tim sepakbola Barcelona. Kalo disuruh menyebutkan salah satu pemain legenda Barcelona pasti bisa jawab, kan? Apakah itu ada di buku pelajaran? Ngga. Tapi bagaimana mereka bisa tau? Karena mereka minat. Jadi, seharusnya gurunya itu membuat mereka minat bukan memaksa mereka buat menghafal.

Padahal kalo lu pikir-pikir lagi, apa yang lu hafal dulu belum tentu sekarang itu bener. Misalkan, pas SD lu disuruh hafal jumlah planet di tata surya kita adalah 9 planet kan? Nah sekarang berapa planet di tata surya kita? Dua belas. Karena setelah Pluto sempat dikeluarkan dari sistem planet tata surya kita, sekarang ada klasifikasi planet baru namanya dwarf planet jadi ada empat planet baru yang dimasukkan termasuk Pluto. Total ada 12. Jadi buat apa kita capek-capek ngehafal waktu itu kalo sekarang salah?

Ngomongin masalah guru, menurut gua guru yang baik adalah ketika muridnya bener ia puji, ketika salah dibenerin, dan ketika nakal dimarahin. Paham ga bedanya? Karena walaupun ga semua guru, ada beberapa guru yang marah ketika muridnya salah. Harusnya guru itu berpikir bahwa ketika si murid salah itu adalah tanggungjawabnya buat ngebenerin. Lalu ada juga guru yang gila hormat. Walaupun memang ga semua tapi ada. Kenapa mereka gila hormat? Menurut gua karena pekerjaan guru di Indonesia belum menjadi pekerjaan yang terhormat. Kenapa gua bisa bilang begitu? Kita bisa lihat dari fasilitas dan gaji yang ia dapat. Contohnya gua pernah denger ada guru di NTT yang gajinya 50 ribu per bulan atau ada seorang guru di Purwakarta harus naik perahu melintasi Waduk Jatiluhur buat ngajar di sekolahnya itu. Hal itu ga sebanding dengan apa yang mereka kasih buat murid mereka untuk mencerdaskan generasi bangsa. Di negara lain, guru merupakan pekerjaan yang paling terhormat dibandingkan dengan pekerjaan lainnya.

Dan kembali ke masalah pendidikan di Indonesia ga bisa dibandingin dengan negara lain. Coba lu search negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia itu dimana. Di Finlandia. Diakui oleh 3 lembaga survei independen yang berbeda. Bahkan Obama pernah bilang ingin mengubah sistem pendidikan di Amerika menjadi seperti pendidikan di Finlandia. Dan lu tau sistem pendidikan di Finlandia itu bagaimana? Muridnya ga dikasih PR sampai SMA. Bahkan jam pelajarannya adalah yang tersedikit di dunia. Sedangkan kita di Indonesia, murid udah sekolah dari pagi sampai siang dan masih dipaksa buat les sampai sore serta masih dikasih PR pula. Kenapa di Finlandia dengan jam yang begitu sedikit bisa menjadi yang terbaik di dunia? Karena mereka ga dikasih PR dan banyak waktu untuk mengembangkan diri mereka sesuai minat mereka.

Menurut gua, bermain juga salah satu cara belajar. Kenapa? Karena bermain adalah belajar secara sukarela, iya ga sih? Menurut dokter anak, otak anak usia 5 tahun itu sedang maksimal-maksimalnya jadi biarkan mereka bermain. Misalkan, anak usia 5 tahun ngambil batu, kalo dia lempar ke kaca, dia bakal paham kalo kaca itu bakal pecah, setelah dia lempar terus dia diam, dia bakal paham kalo dia bakal dipukulin. Nanti dia pikir harusnya dia lari atau ga melempar batu itu. Kalo misalkan lu semua pelajari itu semuanya dari buku, nanti ketika di dunia profesi  bagaimana cara lu bersaing dengan orang lain kalo sama-sama yang kalian tahu itu cuma dari buku? Supaya dapat bersaing lu harus belajar di luar dari itu. Because everything in this world is a teacher, dear.

Kalo ada satu hal yang pendidikan di Indonesia berhasil adalah berhasil menciptakan generasi yang terlalu patuh. Listen. Patuh itu boleh. Kalo semuanya ga patuh, kacau nanti. Tapi kalo terlalu patuh itu bahaya. Kenapa? Kalo ga ada yang protes tentang kesalahan yang dilihat maka ga ada yang mau terciptanya perubahan. Harusnya, kita harus tampil berbeda. Namun, di sekolah diajarin bahwa beda artinya bodoh atau nakal. Akhirnya mereka tumbuh menjadi generasi yang menghindari konflik.
Masalah pendidikan lainnya adalah keharusan untuk memberikan pendidikan kepada yang harus mendapatkan pendidikan. Contohnya begini, coba pakai logika, ketika lu menyuruh orang yang ga mampu untuk milih antara pendidikan atau uang, pasti mereka akan memilih uang. Kenapa? Karena adanya kebutuhan mendesak seperti beras dan lainnya. Karena lu belanja pakai uang bukan pendidikan. Kan ga mungkin ya ketika lu belanja di pasar, lu nanya ke penjualnya,

“Berapa beras sekilo?”
“Tergantung,”
“Tergantung apa?”
“Tergantung siapakah Bapak Pendidikan di Indonesia?”

Kan ga gitu. Selain kebutuhan mendesak, uang juga dijadikan alat untuk memperlihatkan statu sosial mereka. Seperti halnya begini, orang yang kerja di rumah gua mau minjem uang ke orang tua gua dengan alasan kakaknya mau ngasih hadiah Valentine ke pacarnya tapi ga punya duit karena belum kerja. Ya sekalian aja ga usah ngasih hadiah, iya ga? Kan belum kerja. Itu sama halnya ketika ada orang minta nomor pacar temannya setelah temannya nanya buat apa dijawab pengen mesra-mesraan aja karena ga punya pacar. Ya ga usah mesra-mesraan aja sekalian. Iya ga?

After all those problems that I wrote, gua mau ngasih semacam solusi. Ada beberapa solusi yang mau ditawarin. Pertama, dan in yang paling banyak ga disukai oleh kebanyakan orang. Yakni pemahaman politik. Perlu gua jelasin bahwa kita berpolitik tapi kita ga peduli dengan politik. Maksudnya, angka keikutsertaan dalam berpolitik itu besar banget. Tapi apakah paham? Nol banget. Begini deh, coba lu flashback ketika lu ikut pemilihan caleg tahun 2014 lalu. Apakah masih ada yang ingat siapa yang lu pilih? Kebanyakan ngga. Gimana lu mau tau kalo orang itu bener dan amanah nanti ketika jadi anggota dewan kalo namanya aja lupa apalagi visi dan misinya dia. Teman gua pernah cerita bahwa ada temannya milih anggota dewan berdasarkan cakep atau ngganya foto di lembar pemilihan itu. Aneh ga? Lu sering ngomong kalo anggota dewan itu sering korup padahal mereka itu ga bakalan disana kalo bukan karena lu yang milih. Harusnya sebelum lu milih lu harus cari track record dari calon-calon tersebut. Zaman sekarang udah banyak cara dan akses untuk mencari track record mereka. Di media TV juga sering menampilkan hal-hal tersebut. But, be careful with the media. Karena banyak media sekarang yang latar belakangnya ada unsur politik. You know damn well that I’m right. Akhirnya berita-berita di media yang seharusnya menyampaikan fakta malah memberikan opini dan umumnya memakai strategi racun dan penawar begitu. Dikasih racunnya, “Pemerintahan Jokowi itu begini begitu” dan dikasih penawarnya, “Harusnya milih yang begini  begitu”. Misalkan, “Kebakaran lahan di Sumatera akibat kegagalan pemerintahan Jokowi”. Lah apa hubungannya. Harusnya media ngasih tahu kalo ada kebakaran lahan di Sumatera. Cukup sampai disitu faktanya.
Yang paling penting, kita harus tahu bagaimana membedakan fakta dan opini. Cara membedakannya gampang kok. Untuk yang tau gua, gua bilang,”Gua langsing atau ga?” Bakal ada yang bilang ya ataupun ngga. Itu adalah opini. Faktanya berat gua pernah nembus 105 kg dan berat gua sekarang 100 kg jadi menurut gua, gua langsingan. Tapi menurut lu yang beratnya ga pernah lewat dari 70 kg, lu bakalan bilang kalo gua gemuk. Tapi, apakah yang gua bilang ini pasti benar? Belum tentu. Cara memastikannya dengan mencari dari sumber lain. Jangan Cuma dari satu sumber saja. Itu baru menggunakan demokrasi yang bener. Ga cuma banyak omong.

Kedua, yakni penegakan hukum. Hukum itu harus ditegakkan. Karena ketika hukum ngga ditegakkan, orang yang berbuat kesalahan akan kembali mengulangi kesalahan atau orang lain bakal ikut-ikutan. Contoh untuk mengilustrasikannya adalah kasus Ariel. Gua setuju Ariel itu dipenjara bukan karena dia ngerekam ketika dia sedang berhubungan badan, gua bahkan setuju Ariel itu dipenjara bukan karena dia selingkuh. Tetapi berdasarkan penyelidikan Ariel terbukti memperlihatkan video itu ke temannya. Begini, ketika dia berhubungan badan dengan cewek cewek itu pasti ada persetujuan dari cewek itu kan? Ketika dia ngerekam pasti juga ada persetujuan dari cewek itu kan? Tapi, apakah ketika dia memperlihatkan ke temannya, apakah dia meminta persetujuan dari cewek itu? Ngga. Jadi Ariel ini udah melanggar kepercayaan yang itu cewek kasih ke dia. Gua punya adik cewek dan banyak teman cewek dan gua ga mau itu bakal terjadi lagi. Ariel ini kan terkenal, ketika hukum ga ditegakkan secara keras ke dia. Gua yakin orang lain bakal ikut-ikutan memamerkan kalo dia pernah ciuman atau telanjang dengan ceweknya.

Ketiga, kita harus bisa membedakan mana orang bodoh dan orang goblok. Orang bodoh bisa dimusnahin dengan pendidikan. Sedangkan, orang goblok ya harus musnah aja gitu. Dan perlu gua garisbawahi goblok ga Cuma bisa terjadi pada orang yang ga berpendidikan tapi juga ke orang berpendidikan. Goblok adalah ketika lu bersin dan buang ingus, ketika ingus itu keluar dari hidung lu, lu liat dulu baru lu buang. Itu kan goblok. Buat apa diliat coba. Lu  berharap itu apa? Emas? Jadinya untung aja lu lihat dan ga lu buang? Kan nggaa. Atau mau yang lebih parah? Coba lu search pencurian mesin ATM yang gagal, disitu bakal diperlihatkan pencurian yang goblok. Jadi si pencuri ini udah berhasil melepas mesin ATM dari dindingnya, udah berhasil masukin mesin ATM itu ke mobil, udah berhasil bawa itu ke rumahnya. Sampai di rumahnya, dia malah panic, buang barang dan piring. Karena dia tinggal di tempat yang padat penduduk jadi rumahnya mepet dengan rumah yang lain. Si tetangga denger kegaduhan itu dan lihat ada mesin ATM di rumah si pencuri, nah di telponlah polisi dan tertangkap si pencuri. Pertanyaannya, si pencuri ini udah berhasil membawa itu mesin ATM sampai di rumahnya, tapi kenapa dia malah panic dan banting piring? Ternyata mesin ATM yang dia curi adalah mesin ATM non-tunai.

Terakhir, kunci untuk memajukan bangsa ini adalah dengan memfokuskan pada SDM nya. SDM nya ini harus diberikan pendidikan yang membuat orang itu siap menyongsong masa sekarang dan masa mendatang.

Nah, udah begitu aja sih. Sebenarnya tulisan ini terinspirasi dari monolognya Pandji Pragiwaksono di salah satu acaranya beberapa waktu yang lalu. Ya dengan tambahan ada beberapa dari gua sendiri. Intinya ini hanya sebagai refreshing aja buat gua sebelum ujian minggu depan. Ciao.
 
Makasih buat yang udah baca.

Bangsa (2-End)

by on 12/05/2015 08:01:00 PM
Terus, mari kita bicara tentang pendidikan di Indonesia. Gua sebagai yang masih menerima pendidikan di Indonesia sebenarnya ga berhak ...


Gua kembali setelah sekian lama ga nulis. Sekarang niat banget mau nulis padahal minggu depan mau ujian semester. Ya, biarlah buat refresh dikit. Kali ini gua mau bahas tentang bangsa kita ini. Indonesia. Kita sebagai warganya of course sayang dan cinta banget dengan bangsa kita ini. Tapi, as we know di negara kita ini masih aja ada perselisihan. Entah itu antar suku, antar agama, dan lain-lain. Padahal di dasar negara kita, pada sila ketiga tepatnya ada pernyataan “Persatuan Indonesia” dan itu adalah impian gua buat Indonesia agar bersatu.

Menurut gua, kenapa Indonesia itu susah bersatu, karena adanya mayoritas dan minoritas. Gua bukan nyalahin secara jumlahnya, tapi alasannya adalah yang mayoritas belagu di depan yang minoritas dan yang minoritas merasa kerdil di depan yang mayoritas.

Sebenarnya bagaimana minoritas itu? Mari kita bicara secara statistik. Menurut BPS, ada sekitar 0.7% warga Indonesia itu difabel. Different but able. Mereka beda tapi mereka bisa. Karena pernah kita lihat ada orang yang tangannya ga sempurna tapi dia bisa membuat lukisan yang indah menggunakan kakinya. Seharusnya, mereka pun berhak berkarier selayaknya kita yang manusia normal. Tapi kenapa mereka ga bisa? Karena kurangnya fasilitas buat mereka. Contoh sederhana fasilitas itu adalah tangga. Kebanyakan fasilitas tangga di Indonesia itu hanya tangga seperti biasa yang hanya bisa dilewati oleh orang normal, dan ga ada tangga yang landai buat difabel yang memakai kursi roda.

Minoritas lainnya adalah pengusaha. Sekitar 1.56% warga Indonesia adalah pengusaha. Tapi kenapa mereka tertindas? Sebelum kesitu, gua mau kasih tau untuk ukuran menjadi negara maju minimal pengusaha di negara tersebut adalah 2 persen. Seperti di Filipina ataupun Thailand yang udah sampai 4 persen, bahkan di Singapura itu udah sampai 11% dan kita nyentuh dua persen saja tidak. So, apa yang membuat mereka tertindas? Yaitu pengusaha asing. Karena kita di Indonesia dijadiin market karena ga ada produsen. Padahal, tulang punggung negara kita adalah UKM dan kebanyakan pengusaha lokal ini adalah pengusaha kecil. Kasihan mereka akhirnya kalah bersaing dengan pengusaha asing. Dan yang paling penting, orang asing itu paham bedanya obsesi orang barat dengan orang Indonesia dalam dunia bisnis. Obsesi orang barat itu adalah ukuran sedangkan kita adalah jumlah. Contoh kecil misalnya makan. Kalo pergi ke McDonalds dan lu pesan Big Mac itu kan gede banget ya, karena itu sesuai dengan obsesi orang barat dan orang Indonesia ga minat begitu. Orang Indonesia itu cukup nasi aja, tapi banyak. Atau kalo orang barat pesan minuman biasanya menggunakan gelas besar. Orang Indonesia cukup gelas kecil saja tapi refill.

Next, 5% orang Indonesia itu keturunan Tionghoa. Walaupun mereka minoritas tapi sekarang mereka itu udah bisa mendapatkan hak-hak mereka, seperti ketika perayaan Imlek tiba-tiba banyak mall berubah menjadi Shanghai begitu. Nah, kenapa mereka bisa mendapatkan hak-hak mereka? Karena mereka itu menguasai 95% ekonomi kita. Gokil ga tuh? Walaupun, kalau kita flashback ke masa lalu ketika masa tahun ’98, bukan hanya terjadi kerusuhan, penjarahan tapi orang Tionghoa itu dipukul, dibunuh, bahkan diperkosa di pinggir jalan. Itu adalah bagian dari sejarah kelam bangsa kita dan banyak dari kita itu melupakannya.

Kaum minoritas berikutnya ini rada sensitive kalo kita bahas. Kaum Gay. Sekitar 6% orang Indonesia adalah gay atau sekitar 16 jutaan orang. Kalo dibandingkan dengan penduduk di Indonesia, satu dari 17 orang Indonesia adalah gay. Paling ga enak ketika menjadi gay adalah lingkungan Indonesia itu ga bisa menerima kaum gay tersebut. Mereka ga bisa menjadi diri mereka sendiri. Umumnya reaksi orang Indonesia terutama laki-laki itu mereka ga suka berteman dengan gay karena gay itu dosa. Kan aneh ya. Kalo alasannya begitu, harusnya dia ga berteman dengan siapapun karena siapapun pasti pernah berbuat dosa. Bedanya yang gay itu suka sesama laki-laki sedangkan yang normal suka sama perempuan. Cowok itu kadang suka bingung bagaimana cara menanggapi becandaan mereka yang ngondek begitu, takutnya ketika si cowok ketawa nanti dikira afirmatif atau dikira suka sama si gay. Padahal, itu hanya becandaannya mereka begitu. Kalo lu pernah ke Bandung, lu pasti tau GOR Saparua. Di luar GOR itu ada lapangan voli. Setiap Rabu sore, ada sekelompok waria main disana. Kalo lihat mereka main itu bawaannya pengen ketawa aja. Kenapa? Karena ketika mereka main biasa sambil teriak histeris just like women tapi ketika mereka nge-smash­ teriaknya laki banget. Menurut seharusnya, mereka itu ga dijauhin tetapi didekati, diberi penjelasan, dikasih tau jalan yang benar itu bagaimana supaya mereka jadi bener. Ketika mereka dijauhin maka mereka akan tetap begitu.

Lalu kaum minoritas berikutnya adalah perempuan. Jumlah mereka sekitar 49.66% yang berarti sekitar ratusan juta orang. Mereka banyak tapi mereka tertindas seperti halnya minoritas lainnya. Kenapa gua bisa bilang begitu? Kita lihat dari bagaimana negara kita menyikapi kasus pemerkosaan. Di negara ini, supaya tidak terjadi pemerkosaan perempuan disuruh memakai pakaian tertutup. Memang dalam agama gua, wanita itu harusnya memakai pakaian tertutup. Tapi kan yang merkosa laki. Harusnya laki-laki dibilangin, “Heh, jaga kemaluan lu itu”. Itu baru bener.  Emang pemerkosaan itu selalu karena perempuan pakai pakaian terbuka? Ngga. Coba lu googling negara dengan kasus pemerkosaan tertinggi di dunia itu dimana. Di Timur Tengah. Daerah yang banyak perempuannya pakai pakaian tertutup. Karena pemerkosaan itu terjadi bukan karena pakaian terbuka atau tertutupnya tapi karena dia terbiasa atau ngganya aja.

Dari presentase kaum perempuan itu kalo dibandingin, untuk 11 orang laki-laki ada 10 perempuan. Jadi bisa dipastiin ada satu laki-laki yang ga dapat pasangan. Jomblo. Dan menurut gua, jomblo itu juga kaum minoritas yang paling kasihan. Gua punya satu teori yang cukup ampuh. Listen. Perempuan itu butuhnya perhatian dan laki-laki itu butuhnya pengakuan. Kasih dia lebih dari yang dia dapatkan dari pasangannya, dia bakal jadi milik lu.

Perempuan itu butuhnya perhatian bukan pengakuan. Laki-laki sering salah perihal itu. Perempuan paling ga suka dikasih pengakuan dan dipuji-puji begitu. Perempuan ga nyari begitu. Hal yang basi adalah laki-laki ngomong ke perempuan, “Hei, kamu cantik deh” Halah basi. Perempuan ga suka digituin karena perempuan lebih suka dikasih perhatian. Tunjukkin bahwa lu merhatiin hal-hal kecil dari si perempuan tersebut. Begini caranya, sebut  nama dia, perhatiin dia rada lama seolah nunjukkin kalo lu merhatiin hal-hal kecil dari dia. Misal, “Gita, kamu baru potong poni ya?” atau “Gita, kamu pakai parfum baru ya?” Cewek lu gituin, hidungnya deg-degan. Kembang-kempis. Dia mau teriak tapi tertahan karena ada laki-laki didepannya.

Sebaliknya, laki-laki itu butuh pengakuan bukan perhatian. Laki-laki itu ga butuh perhatian semisal, “Kamu udah makan belum? Kamu udah tidur belum? Kamu udah sunat belum?”. Perempuan sering salah begitu. Harusnya, kamu samperin begitu dan puji aja semisal, “Kamu kalau pakai kemeja hitam lebih keliatan maskulin begitu,”. Laki-laki dibegituin mukanya Harlem Shake. Ya begitu deh.

Bangsa (1)

by on 12/04/2015 06:55:00 PM
Gua kembali setelah sekian lama ga nulis. Sekarang niat banget mau nulis padahal minggu depan mau ujian semester. Ya, biarlah buat ref...