A Stack of Paper
A
random thought before facing the weekend. This
thought came up when I decided to buy a 3x3 Rubik’s cube last weekend.
Throwback dulu ke ketika gue pertama kali
main Rubik. It’s around 7 or 8 years ago.
Jadi, yang ngenalin Rubik ini pertama kali adalah sepupu gue yang tinggal di
Bekasi. Waktu libur panjang semester, keluarga sepupu gue datang ke rumah buat
berlibur. Nah, saat itulah sepupu gue mengenalkan Rubik ini. Dalam kurang lebih
tiga minggu, gue diajarin sepupu gue how
to solve the Rubik’s cube (dan juga diajakin main Point Blank). And I made it.
Sebulan kemudian, gue punya Rubik
sendiri.
Tapi, ketika gue masuk SMA
eh MAN, gue vakum main Rubik sampai dengan pekan lalu. Jadi, besides it easy to play and low cost, membeli
Rubik ini membawa kenangan masa lalu.
Tapi, problem dari lama ngga pernah main Rubik adalah lupa how to solve it. Untuk solving the Rubik’s cube, ada
tahapan-tahapan dan rumus-rumus yang harus dihafal untuk menyelesaikan layer by layer nya. Side by side nya. Jadi, sepanjang weekend kemarin gue cuma di kosan dan belajar buat ngesolve Rubik lagi dari awal.
Gue belajarnya dari internet. Ada
situs yang menjelaskan dengan cukup jelas dan sederhana mengenai tahapan dan
rumusnya. Setelah gue coba ikutin sekali dua kali, it feels totally different dengan gaya gue ngesolve Rubik dulu walaupun tahapannya masih sama. Tapi, semakin lama
gue coba main Rubik setiap saat gue ada kesempatan dalam tiga hari gue semakin
mendekati gaya solving gue yang dulu
dan akhirnya gue memakai gaya itu sekarang. Ini seperti membuka ingatan lama gue
tentang cara ngesolve Rubik.
Aneh ya.
Hanya dalam waktu tiga hari, gue
bisa membuka ingatan gue dari delapan tahun yang lalu. Menurut gue sih luar
biasa, mengingat banyak sekali kejadian, peristiwa, ingatan selama dalam waktu
delapan tahun yang menumpuk ingatan tentang ngesolve Rubik ini.
Hal yang gue pahami tentang
memori adalah seperti tumpukan kertas. Ketika kita membuat sebuah ingatan atau
memori tentang sesuatu apapun itu akan diletakkan di tumpukan kertas dan akan
berulang terus ketika kita membuat ingatan atau memori yang baru. Sehingga,
kertas yang diletakkan pertama akan tertumpuk dengan kertas yang baru dan akan
mencapai fasa dimana kertas atau memori itu akan jauh dibawah tumpukan kertas
tersebut.
Fasa itu sering kita sebut dengan
lupa. Batas dimana sejauh apa kita
bisa mengingat memori ingatan kita. Mengesampingkan memori paten seperti nama
kita atau keluarga kita, nama sekolah atau guru yang pernah mengajar kepada
kita, nama buah, sayur, dan lain-lain. Semua memori itu akan seperti tumpukan
kertas seperti nama orang yang pernah kita temui di masa lalu, kejadian yang
pernah terjadi masa lalu, makanan apa yang kita makan dulu, soal ujian fisika
yang pernah diujiankan dulu, hingga rumus Rubik yang pernah dipelajari dulu.
Tapi, satu yang gue yakini adalah
kita ngga akan pernah lupa kertas-kertas itu sejauh apapun kertas itu ditumpuk.
Hal yang kita butuhkan hanyalah pemicunya.
Semua memori itu buat gue ada
pemicunya. Jadi, ketika kita kena atau melihat pemicunya, akan terbuka memori
itu sejauh apapun memori itu tertumpuk. Mungkin berbeda untuk beberapa orang,
tapi umumnya seperti itu. Pemicunya bisa dalam bentuk macam-macam. Buku, film, benda,
tempat, suasana, dan lain-lain.
Gue misalnya. Bagi gue salah satu
pemicu memori gue adalah film Annabelle. Alasannya? Itu film yang gue tonton
pertama kali waktu gue ngedate dulu
dengan seseorang. A silly choice I guess
to decide a horror movie as your first date movie. Ngga surprise sih kalau ngga berhasil relationshipnya. Tapi, itu tetap sebuah
memori yang pernah gue buat dan itu tertumpuk dalam tumpukan kertas gue.
Dengan pemahaman ini, gue sering
bingung dengan konsep move on yang
ada sekarang. Move on ini kan
tujuannya untuk membuka lembaran baru. Nah, untuk mencapai tujuan itu, kita
disuruh untuk melupakan semua kenangan yang pernah terjadi di masa lalu.
Kenangan mantan to be specific. Kan banyak
tuh meme yang menyebarkan ajaran itu.
Sejujurnya, kita memang ngga bisa aja buat ngelupain kenangan masa lalu selama
pemicu itu masih ada dan ngga semua pemicu itu bisa dihilangkan. Bahkan,
beberapa pemicu itu bersifat paten sehingga memang akan tetap terus ada. Muka
mantan pun bisa jadi pemicu lho. Jadi, kalau disuruh ngelupain kenangan dengan
mantan, jangan harap. Kalau ada yang bilang dia bisa melupakan kenangan dengan
mantan, dia hanya mengkamuflase pemikirannya dan sesungguhnya dia ngga bisa benar-benar
lupa seratus persen.
Memori itu akan tetap terus ada
dan akan muncul setiap kita kena dengan pemicunya. Kalau
mau melupakan kenangan, jedotin aja kepala lo sampai gegar otak lo, hilang deh
itu kenangan dengan memori-memorinya sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar