Campaign



Pagi tadi, saya dapat kiriman WA yang isinya ga akan saya beberkan disini secara gamblang, tapi saya akan kasih tahu inti dari pesan WA itu adalah menjelekkan salah satu pasangan calon Gubernur Jakarta di pilkada tahun depan.

Perlu diingat ini bukan untuk membela pasangan itu. Hanya saja saya tergelitik untuk membahas mengenai pesan WA tersebut.

Dalam dunia politik Indonesia, kampanye adalah salah satu unsur yang penting dan tidak boleh ditinggalkan, apalagi untuk pemilihan kepala daerah, anggota dewan, bahkan presiden. Kampanye secara garis besar ada tiga jenis. Positive campaign, negative campaign, dan black campaign. Okelah, kita tidak ada masalah dengan positive campaign. Masalah kita adalah di dua tipe lainnya.

Seringkali, kebanyakan orang menganggap negative campaign dan black campaign adalah hal yang sama. Padahal beda. Negative campaign ialah mengungkapkan hal yang tidak baik dari lawan dengan berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan, black campaign adalah mengungkapkan hal yang tidak baik dari lawan yang tidak berdasarkan fakta alias fitnah.

Dengan perbedaan itu, menurut saya negative campaign adalah hal yang harus dilakukan namun tidak dengan black campaign.

Ilustrasinya begini, misalkan anda punya saudara perempuan yang akan menikah dengan seorang laki-laki yang anda tahu suka melakukan kekerasan terhadap perempuan. Masa anda hanya akan mendiamkannya? Anda tega dengan saudara perempuan anda?

Atau misalkan di daerah anda ada pemilihan kepala desa dan salah satu calon kepala desanya anda tahu pernah masuk penjara karena melakukan kejahatan. Okelah, mungkin dia sudah merasakan hukumannya. Tapi setidaknya anda harus memberitahu tentang masa lalunya. Kalo warganya tetap memilih dia, ya itu sudah pilihan mereka, yang penting anda sudah memberitahukannya. Daripada anda tidak memberitahukannya lalu dia melakukan kejahatan lagi? Anda yang akan dirundung penyesalan.

Oleh karenanya, saya merasa bahwa negative campaign itu penting untuk dilakukan.

Nah sekarang pertanyaannya adalah bagaimana membedakan mana yang negative campaign dan mana yang black campaign?

Sederhana.

Inilah sebabnya kenapa pemilihan Gubernur Jakarta menjadi ramai dan bising. Karena berbagai informasi yang dilemparkan satu sama lain untuk mendukung atau melawan isu yang ada. Sebagai rakyat Indonesia yang hidup di era informasi terbuka, dan kebebasan berpendapat yang ada, kita harus cerdas. Bacalah sebanyak-banyaknya dan berpikirlah.

Memang benar, media-media di Indonesia sekarang banyak yang dikooptasi oleh berbagai calon-calon yang ada. Namun, anda harus menyerap semuanya kemudian anda saring menggunakan akal anda. Salah satu senior saya di kampus ngasih nasihat, “Jangan hanya melihat dari satu sisi. Tapi, lihatlah dari berbagai macam sisi,” yang kalau bisa saya tambahkan dengan, “baru anda pilah menggunakan akal pikiran anda.”

Baca buku-buku, ikuti diskusi, berbincang dengan berbagai macam orang dengan pemikiran yang berbeda. Perhatikan post atau tweet yang beredar di dunia maya. Lalu, anda kembali pikirkan. Mana yang benar dan mana yang salah? Mana yang tepat dan mana yang tidak tepat? Mana yang jujur dan mana yang bohong? Itulah maknanya hidup di Indonesia, negara demokrasi yang masih muda.

Lalu hubungannya dengan pesan WA yang saya terima apa? Ya, seperti tadi yang saya bilang. Saring terlebih dahulu menggunakan akal. Pesan-pesan WA yang saya dapatkan itu hasil didapat copas dari sumber yang tidak jelas. Isinya pun kalau dibaca tidak masuk di akal saya, tidak tahu dengan orang lain. Makanya saya lebih memilih untuk tidak percaya terlebih dahulu isinya dan tidak mengirimkannya kepada orang lain sebelum saya mendapatkan berita yang berdasar fakta dan kredibel.

Kalau di antara anda sekalian yang pernah nonton film Hot Fuzz pasti paham ini. Terkadang, di pemikiran kebanyakan orang karena dilihat tujuannya baik, jadi bisa menghalalkan segala cara asal tujuan baik itu tercapai. Padahal ngga begitu.

Mark my words. Walaupun tujuan anda baik, kalau anda lakukan dengan cara yang buruk ya anda tetap buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar